sosiologi petani desa

21 Mei

Pertanian Desa Sebagai Platform Perekonomian Nasional Ditinjau Dari Aspek Sosiologi

Potensi Pertanian Desa, Desa lahir setelah cocok tanam dikenal manusia.Sebagai tempat pemukiman desa memiliki hubungan erat dengan pertanian. Sebab, cocok tanam memaksa orang tinggal di suatu tempat untuk memelihara tanaman dan menunggu hasil panennya. Eratnya kaitan eksistensi desa dan pertanian ini menyebabkan orang cenderung mengidentifikasikan desa dengan pertanian. Umumnya orang berpendapat bahwa masyarakat desa adalah petani dan petani adalah masyarakat desa.

Dengan melihat kenyataan seperti itu maka perlu dikaji sejauh mana keterkaitan antara desa dan pertanian yang kemudian berperan dalam membangun perekonomian Indonesia. Karena sebagaimana kita ketahui salah satu sub sektor yang sangat strategis dalam upaya mendukung kemajuan ekonomi kita adalah sektor pertanian. Meskipun saat ini belum membuahkan hasil yang optimal namun masih sangat mungkin meningkatkan sektor pertanian agar mampu menyumbang keberhasilan ekonomi Indonesia.

Segala potensi yang diketahui dan dimiliki harus diprioritaskan dan dikembangkan untuk membangun pertanian berkelanjutan yang dapat membebaskan negeri ini dari berbagai krisis menuju kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan berkeadilan.

Sosiologi Pedesaan dan Pertanian

Sosiologi pedesaan adalah salah satu disiplin ilmu sosial yang telah lama dikenal di Indonesia. Sementara itu sosiologi pertanian baru hadir sekitar tahun 80-an. Sosiologi pertanian lahir sebagai respons terhadap perkembangan saat ini, terutama dengan semakin menipisnya perbedaan antara desa dan kota. Sosiologi pedesaan lebih mengarah ke konteks pemukiman sedang sosiologi pertanian lebih mengarah ke konteks ekonomi.

Perlunya mempelajari sosiologi pedesaan dan pertanian adalah karena masyarakat selalu berubah. Antara kelompok masyarakat satu dengan yang lain perubahannya berbeda-beda. Mengikuti kecenderungan ini, sosiologi berperan penting sebagai tameng yang dapat mencegah munculnya kesulitan atau hambatan bagi perilaku pertanian masyarakat desa.

Hambatan-hambatan yang muncul pada umunya adalah karena pertanian dilakukan hanya secara tradisional, secara partial dan tidak terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya. Selanjutnya muncul permasalahan dalam pengembangan pertanian di semua wilayah yang belum menerapkan spesifikasi komoditas berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah, belum memikirkan sistem koleksi distribusi yang memudahkan kelancaran pemasaran dan fasilitas sarana produksi, konversi lahan yang tidak terbendung, dan pengembangan pertanian selama ini kurang mempertimbangkan kompetisi antar wilayah yang menghasilkan komoditas yang sama sehingga petani merupakan pihak yang dirugikan terutama disaat panen.

Salah satu alasan mengapa kajian sosiologi pertanian dan pedesaan menjadi penting adalah kenyataan bahwa saat ini sektor pertanian hampir menjadi tidak favorit lagi. Padahal di masa-masa sebelumnya pertanian merupakan suatu fenomena yang begitu megah dibangun dalam masyarakat di negara kita. Hal ini bisa terjadi karena pada jaman dulu hanya ada sarjana yang menjadi insinyur pertanian dan sarjana kedokteran. Kedua hal tersebut telah merebut perhatian masyarakat secara besar-besaran. Seiring berkembangnya teknologi dan tingkat kecerdasan manusia yang didasarkan pada kebutuhan manusia yang terus meningkat, tak terbatas, dan mendesak, maka muncullah berbagai bidang ilmu baru. Yang pada akhirnya menjamur dan dengan cepat diminati masyarakat. Ada juga fenomena unik dalam sistem pertanian desa yaitu “dipaksa – terpaksa – biasa”. Ungkapan itu ditujukan pada para petani desa. Maksudnya adalah pada jaman dahulu kebanyakan petani desa melakukan pekerjaan bercocok tanam karena dipaksa, bisa oleh keadaan atau warisan leluhur. Kemudian kegiatan tersebut dilakukan juga karena alasan yang mendesak sehingga menjadi sebuah keterpaksaan. Dari situ akhirnya kegiatan bercocok tanam dan menjadi petani diaplikasikan sebagai kebiasaan masyarakat desa. Hal-hal semacam itu dapat menjadi suatu acuan yang berguna untuk memperdalam pengetahuan tentang sosiologi pertanian dan pedesaan guna memunculkan pemikiran-pemikiran baru tentang sektor pertanian yang berperan penting bagi perekonomian nasional. Ini membuktikan bahwa aspek sosiologi juga mendukung upaya memajukan sektor pertanian demi peningkatan perekonomian.

Pendominasi Sistem Ekonomi Desa

Sistem pertanian bagi masyarakat desa merupakan cara bagaimana mereka bisa hidup yang sangat vital artinya bagi kehidupan mereka. Bagi masyarakat desa semacam itu, sistem pertanian identik dengan sistem perekonomian mereka yang diartikan sebagai pemenuh kebutuhan manusia. Terciptanya sistem ekonomi yang tidak lepas dari sistem pertanian tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor penting yaitu keluarga, tanah, dan pasar.

1. Faktor Keluarga

Keluarga memiliki pengaruh yang sangat determinan bagi masyarakat desa pertanian. Keluarga merupakan unit swasembada yaitu mewujudkan suatu unit yang mandiri dapat menghidupi keluarga itu sendiri melalui kegiatan pertanian. Fungsi keluarga sebagai unit ekonomi/produksi dapat dilihat dalam keluarga Jawa tradisional. Dalam tipe keluarga ini, para suami mengerjakan sejumlah kegiatan membuat persemaian bibit, mengolah lahan pertanian hingga siap tanam, menyiangi lahan, mengangkut hasil panen, dan sebagainya. Para istri mengerjakan kegiatan seperti mengirim makan kepada mereka yang sedang mengolah sawah. Sedangkan anak-anak sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan kemampuannya, ikut membantu rangkaian kegiatan tersebut. Proses ini berbeda dengan kehidupan keluarga kota, yang kalaupun seluruh anggota keluarga melakukan pekerjaan sebagai mata pencaharian namun tidak sebagai satu unit kerja.

2. Faktor Tanah

Tanah juga merupakan faktor determinan terhadap karakteristik sistem ekonomi masyarakat desa yang penting bagi petani. Dalam hal ini perlu diperhitungkan adanya dua karakteristik pemilikan lahan yang berpengaruh khusus terhadap sistem pertanian/ekonomi. Cakupannya adalah luas-sempitnya pemilikan lahan. Pemilikan lahan yang sempit akan cenderung pada sistem pertanian yang intensif. Contohnya adalah pertanian sawah di Jawa. Sebaliknya pemilikan tanah yang luas akan cenderung pada sistem pertanian ekstensifikasi. Contohnya adalah perkebunan di luar Jawa.

3. Faktor Pasar

Pengertian pasar secara umum adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli. Pasar merupakan faktor yang sangat mempengaruhi sistem ekonomi/pertanian. Kegiatan pertanian baru akan berarti bila petani menuai hasil dan mampu menukarkannya sebagai pemenuh berbagai kebutuhan hidupnya. Pasarlah yang menjadi sarana pertukaran-pertukaran ini. Bila tidak ada pasar, mungkin para petani hanya akan menjadi petani pasif karena bercocok tanam hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Dengan adanya pasar para petani juga dapat memperluas hubungan-hubungan dengan kelompok petani lainnya. Hubungan-hubungan itu nantinya akan menimbulkan efek yang bersifat ekonomik, sosial, dan kultural.

Hubungan Antara Sistem Pertanian, Ekonomi, dan Sosial

Terdapat hubungan timbal balik antara sistem ekonomi dan sistem sosial yang dipilah menjadi dua jalur pengaruh, yaitu pengaruh sistem ekonomi terhadap sistem sosial dan pemgaruh sistem sosial terhadap sistem ekonomi. Karena yang ditekankan dalam kajian ini adalah desa pertanian, maka sistem ekonomi dalam hal ini umumnya identik dengan sistem pertanian.

Pada intinya, pengaruh sistem ekonomi/pertanian terhadap sistem sosial berkaitan erat dengan faktor teknologi dan sistem ekonomi kapitalisme. Pada masyarakat petani di desa yang belum menggunakan teknologi modern dalam sistem pertanian mereka dan juga belum menggunakan uang dalam sistem perekonomian mereka, maka dalam kehidupan sosial mereka akan dicirikan oleh hubungan-hubungan yang akrab, selalu bersifat informal, bebas, dan santai. Kerukunan di antara mereka terjalin dengan kuat. Sebab, ketidakhadiran teknologi modern membuat mereka terbiasa saling tolong-menolong misalnya dengan jalan barter dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Bagaimana sistem sosial mempengaruhi sistem ekonomi/pertanian? Bila petani menyikapi pertanian sebagai way of life, itu artinya mereka menggeluti pertanian bukan sekedar sebagai mata pencaharian melainkan sebagai wujud totalitas kehidupan mereka. Inti dari pola kebudayaan petani bersahaja atau peasan adalah subsistensi dan tradisionalisme. Susistensi dan tradisionalisme inilah yang sering dituding sebagai faktor penghambat terlaksananya proses modernisasi pertanian di kalangan masyarakat desa. Komersialisasi sulit dikembangan dalam masyarakat desa semacam ini, karena mereka dalam berinteraksi satu sama lain sudah terbiasa menggunakan rasionalitas sosial.

Respons Sosiologi Pertanian dan Pedesaan

Indonesia merupakan negara yang terbilang memiliki potensi lahan dan sumberdaya pertanian yang melimpah. Potensi ini harus kita syukuri bersama dan sebagai wujud rasa syukur kita sudah seharusnya potensi yang besar ini diperlakukan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Namun demikian tantangan yang dihadapi dalam pembangunan perekonomian kedepan sangat besar, terutama berkaitan dengan kesiapan SDM, promosi dan dukungan prasarana pengembangan sektor pertanian. Peninjauan sektor ekonomi perlu ditingkatkan untuk mengidentifikasi sejauh mana masyarakat Indonesia mampu membuat perubahan yang labih baik untuk mencapai kemakmuran.

Aspek sosiologi merupakan salah satu kajian yang akan sangat bermanfaat bila dikembangkan dan diterapkan. Kemajuan ekonomi nasional tidak bisa hanya dengan mendorong sektor pertanian tetapi juga harus menghubungkan dengan keadaan sosial masyarakat. Pemahaman nilai sosiologi pertanian dan pedesaan dapat membantu masyarakat untuk lebih mengenal bagaimana suasana sebenarnya yang ada di masyarakat desa. Sehingga interaksi sosial yang akan berlangsung dapat dikendalikan. Tujuannya adalah menghindarkan terjadinya hambatan yang dapat menurunkan kegiatan pertanian masyarakat desa. Untuk itu diperlukan langkah bersama antara pemerintah, pengusaha pertanian, lembaga terkait dan masyarakat. Upaya terobosan perlu dirancang untuk lebih meningkatkan kinerja dan peran sektor pertanian. Diharapkan upaya-upaya tersebut memunculkan strategi cerdas yang berkelanjutan dan menjunjung masyarakat desa sebagai subyek penting dalam pertanian Indonesia.

Tinggalkan komentar